Isu polusi udara memburuk di Jakarta dan sekitarnya terus santer belakangan ini. Pasalnya melansir dari IQ Air, sejak bulan Juli hingga pertengahan Agustus 2023, tingkat polusi di Jakarta berada pada kategori tidak sehat atau lebih dari 152 poin dengan konsentrasi polutan utama PM2.5.
Polusi udara disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah meningkatnya volume kendaraan konvensional (non-listrik), gas pembuangan dari industri, kemarau El Nino yang menyebabkan curah hujan rendah, dan perputaran angin yang menumpuk akibat padatnya gedung-gedung tinggi di kota besar.
Sedihnya, polusi udara tidak hanya berdampak buruk pada lingkungan namun juga bisa membahayakan masyarakat di dalamnya. Beberapa risiko penyakit dari polusi udara antara lain sebagai berikut:
1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Ilustrasi pasien ISPA
Salah satu penyakit yang rentan akibat dari polusi udara memburuk adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyakit ini merupakan bentuk infeksi yang terjadi di dalam saluran pernapasan yang dapat dialami oleh anak-anak, dewasa, hingga lansia dan merupakan penyakit menular.
Kepala Suku Dinas (Kasudin) Kesehatan Jakarta Pusat, Rismasari menyebutkan terdapat 132.851 jiwa yang menderita ISPA pada Juli 2023. Jumlah ini bisa bertambah apabila kondisi polusi udara tidak kunjung membaik.
Gejala ISPA biasanya berlangsung 1-2 minggu disertai dengan batuk, bersin, pilek, demam, mudah lelah, sakit kepala, mengi, nyeri menelan, dan sesak napas.
Untuk pengobatannya, pasien ISPA disarankan untuk mengunjungi dokter apabila setelah 3 minggu istirahat tidak mengalami perubahan. Selain itu, pada gejala awal, Anda dapat memperbanyak konsumsi air putih, lemon hangat, madu, berkumur dengan air garam hangat, dan menghirup uap yang dicampur minyak kayu putih atau mentol untuk redakan hidung tersumbat.
2. Asma
Ilustrasi Pengidap Asma
Penyakit selanjutnya yang diakibatkan oleh polusi udara buruk adalah asma. Penyakit satu ini menyerang saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak karena adanya peradangan dan penyempitan saluran napas.
Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan RI tahun 2018 menyebutkan sekitar 2,4% penduduk Indonesia menderita asma. Data ini didukung dengan catatan WHO tahun 2019 dengan total penderita asma di seluruh dunia berkisar 262 juta orang dengan tingkat kematian sebanyak 461 ribu jiwa.
Asma sebenarnya dapat diobati dengan pemberian obat-obatan sesuai resep dokter, menggunakan inhaler khusus asma, nebulisasi, dan operasi.
3. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Ilustrasi Pasien PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau PPOK adalah penyakit lainnya yang bisa terjadi karena terlalu banyak menghirup polusi udara buruk. Gangguan pernapasan satu ini dapat menyebabkan adanya kerusakan pada paru-paru akibat terjadinya hambatan aliran udara sehingga penderitanya mengalami kesulitan saat bernapas.
PPOK juga bisa ditandai melalui beberapa gejala seperti batuk kronik yang tidak sembuh dalam waktu lama, mengi atau suara napas berbunyi, lemas, tersengal-sengal, terasa berat di dada, dan berat badan yang menurun drastis.
Untuk pengobatannya, pasien PPOK akan disarankan untuk melakukan perubahan gaya hidup yang dibarengi dengan terapi oksigen, rehabilitasi paru, dan terapi ventilasi non-invasif di rumah.
4. Bronkitis
Ilustrasi pengidap Bronkitis
Bronkitis merupakan gangguan pernapasan akibat peradangan yang terjadi pada saluran bronkus atau pipa yang berfungsi menyalurkan udara ke paru-paru dari tenggorokan. Bronkitis umumnya ditandai dengan batuk berdahak yang tidak sembuh dalam waktu yang lama. Apabila tidak segera ditangani, bronkitis dapat berisiko menjadi pneumonia yang dirasakan melalui beberapa tanda seperti nyeri dada, demam, dan kesadaran yang menurun.
Bronkitis dapat dicegah dengan beberapa cara seperti tidak merokok, selalu menggunakan masker di area dengan polutan tinggi atau senyawa berbahaya, dan menerapkan gaya hidup sehat.
Selain itu mengambil tindakan medis seperti berobat ke dokter dan melakukan fisioterapi dada juga bisa dilakukan agar bronkitis dapat segera disembuhkan.
5. Kanker Paru-Paru
Ilustrasi Kanker Paru-Paru
Polusi udara yang memburuk tidak hanya menyebabkan gangguan pernapasan sementara, namun pada beberapa kasus akut dapat memicu terjadinya kanker paru-paru. Zat polusi yang mengandung karbon monoksida faktanya memuat karsinogen, yaitu zat yang dapat menyebabkan kanker, terutama untuk lansia atau komorbid.
Bahayanya kanker paru-paru seringkali terlambat dideteksi akibat tidak adanya gejala yang timbul di awal. Namun tidak ada salahnya apabila Anda lebih peka dengan memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami batuk kronis, sesak napas, batuk berdarah maupun nyeri dada.
Karena semakin dini kanker paru-paru terdeteksi, semakin ringan pula proses penyembuhannya. Misalnya saja untuk kanker tahap awal yang bisa disembuhkan dengan jalan operasi. Namun apabila sudah mencapai stadium akhir, radioterapi dan kemoterapi lebih disarankan untuk membunuh sel-sel kanker yang sudah menyebar.
Itulah ancaman kesehatan yang terjadi akibat polusi udara buruk. Lalu apa yang bisa kita lakukan?
Meskipun tidak instan, namun melakukan penanaman pohon, membatasi penggunaan kendaraan pribadi, dan mulai fokus pada perlindungan bumi dapat menjadi langkah yang dapat mengurangi risiko polusi udara.