Articlesbreadcrumb
Waspada, Henti Jantung Bisa Menyerang Saat Olahraga
Waspada, Henti Jantung Bisa Menyerang Saat Olahraga
Article
Waspada, Henti Jantung Bisa Menyerang Saat Olahraga

Untuk memiliki jantung yang sehat, kita disarankan untuk berolahraga. Namun akibat olahraga berlebihan pula kita dapat mengalami henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest).

Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menyebutkan peristiwa henti jantung mendadak menempati 50% kasus kematian akibat penyakit jantung. Pada tahun 2015, Indonesia Heart Association juga mengemukakan dalam setahun terdapat asumsi 10 dari 100.000 orang normal (dengan usia di bawah 35 tahun) atau berkisar 300.000 - 350.000 kejadian.

Peristiwa henti jantung mendadak seringkali dikaitkan dengan aktivitas atlet. Seperti salah satu kasus yang sempat menggegerkan ialah kematian dari atlet bulu tangkis, Markis Kido yang diduga terkena serangan jantung mendadak. Pada kasus Markis Kido, aliran darah tiba-tiba terhenti di pembuluh darah koroner yang menyebabkan otot jantung gagal mendapatkan pasokan oksigen.

Tidak hanya Markis Kido, ada pula kematian pemain sepak bola Christian Eriksen secara mendadak akibat ketidaknormalan penebalan otot jantung atau disebut kardiomiopati hipertrofi.

Sebenarnya apa itu henti jantung mendadak dan adakah cara menghindarinya?

 

Apa itu Henti Jantung Mendadak?

Picture1.jpg
Gambar 1. Ilustrasi henti jantung mendadak

Melansir National Library of Medicine, henti jantung mendadak atau sudden cardiac arrest merupakan suatu masalah kardiovaskular yang dapat menyebabkan kematian satu jam setelah gejalanya muncul.

Henti jantung dapat terjadi apabila jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah dari aktivitas berlebihan. Selain itu, dehidrasi juga dapat menjadi faktor dari masalah kesehatan ini.

Katadata mencatat selama tahun 2022, terdapat 15,5 juta kasus dari penyakit jantung, beberapa diantaranya merupakan serangan jantung tanpa gejala.

 

Mengapa Henti Jantung Mendadak Dapat Terjadi saat Berolahraga?

Dari American College of Cardiology menyebutkan bahwa henti jantung mendadak seringkali ditemukan pada orang-orang yang terlihat sehat dan rajin berolahraga. Beberapa olahraga yang paling umum menjadi pemicu henti jantung antara lain seperti berlari, bersepeda, bermain basket, latihan gym, dan berenang.

Tentunya jika dilakukan dengan sewajarnya olahraga tersebut dapat memberikan dampak yang positif, namun ketika sudah mulai dilakukan secara berlebih, tubuh akhirnya jadi kesulitan beradaptasi dan menghadapi risiko henti jantung mendadak.

Slogan untuk "break your limit" juga seringkali menjadi pemicu orang-orang memaksakan olahraga secara berlebihan tanpa mendengarkan kebutuhan tubuh untuk beristirahat.

Padahal ketika olahraga berlebihan, tubuh jadi membutuhkan oksigen lebih banyak yang membuat jantung memompa darah lebih cepat sehingga Medipals dapat merasakan detak jantung yang lebih intens.

Pada penderita jantung, tindakan ini bisa amat berisiko karena dapat menyebabkan gagal jantung. Biasanya korban henti jantung mendadak memiliki beberapa gejala serupa seperti nyeri di dada, kepala yang terasa pusing, dan kejang-kejang sebelum akhirnya pingsan. Hal ini disebabkan jantung yang tiba-tiba berhenti berdetak gagal mengalirkan darah ke bagian organ-organ vital sehingga oksigen ke otak pun tersendat. Otak yang mengalami kerusakan dapat berakhir pada kematian.

Pada kasus orang-orang tanpa gejala penyakit jantung, henti jantung mendadak juga bisa terjadi. Biasanya hal ini disebabkan adanya gangguan pada jantung seperti:

1. Serangan Jantung Mendadak

Adanya serangan jantung dapat menyebabkan gangguan arteri koroner yang memicu fibrilasi ventrikel. Serangan jantung mendadak juga bisa meninggalkan jaringan parut pada jantung yang mengakibatkan adanya perubahan ritme detak jantung.

2. Penyakit Arteri Koroner

Henti jantung mendadak tanpa gejala penyakit jantung juga dapat terjadi saat arteri pada jantung tersumbat oleh kolesterol maupun endapan lainnya. Akibatnya aliran darah ke jantung tidak lancar sehingga kerja jantung juga memburuk.

3. Gangguan Katup Jantung yang Bocor

Penyempitan katup jantung dapat membuat otot jantung menebal sehingga terjadi peregangan. Kondisi bilik jantung yang membesar ini dapat meningkatkan risiko masalah pada irama jantung.

4. Kelainan Jantung Sejak Lahir

Kelainan jantung bawaan sejak lahir ini dapat meningkatkan risiko henti jantung mendadak. Hal ini sudah dapat diwaspadai sejak anak-anak maupun remaja. Tidak hanya pada orang-orang yang belum mendapatkan penanganan, mereka yang telah melakukan operasi untuk memperbaiki kelainan bawaan ini juga faktanya masih berisiko tinggi terhadap henti jantung mendadak.

 

Apa yang Harus Dilakukan Jika Melihat Korban Henti Jantung?

Picture4.jpg
Gambar 2. Ilustrasi pemberian CPR.

Apabila di sekitar Medipals ada yang mengalami henti jantung mendadak, maka pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan CPR.

Tekan dengan keras dan cepat jantung orang tersebut mengikuti ritme 100-120 tekanan per menitnya. Jika Medipals sudah pernah melakukan CPR sebelumnya, Anda dapat mengecek apakah orang tersebut kembali bernapas setiap 30 kali tekanan, lalu dilanjut dengan napas buatan.

Namun jika Anda belum pernah melakukan CPR, disarankan untuk terus melakukan pompa jantung dengan ritme yang sudah disebutkan sebelumnya sampai bantuan profesional tiba.

 

Lalu Bagaimana Cara Menghindari Henti Jantung Mendadak?

Picture5.jpg
Gambar 3. Hindari henti jantung mendadak dengan gaya hidup sehat.

Jika tadi dari sisi orang yang melihat peristiwa henti jantung mendadak, maka kini dari sisi kita yang tentu saja ingin menghindari kejadian ini. Apa yang bisa dilakukan? 

Yang paling penting adalah dengan mendengarkan tubuh kita sendiri. Listen your body and its needs. Jika Medipals merasa lelah, maka disarankan untuk tidak berolahraga dan sebaiknya istirahat saja. Meskipun mungkin otot-otot Anda menjadi pegal dan ada rasa tidak biasa, namun tetap tidak disarankan berolahraga dalam keadaan lelah.

Selain itu, untuk Medipals yang tidak terbiasa berolahraga, mulailah dari olahraga dengan intensitas rendah seperti yoga atau jogging. Tubuh Anda membutuhkan waktu untuk beradaptasi pada aktivitas fisik yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Jika sudah terbiasa, Medipals dapat meningkatkan intensitas olahraga menjadi sedang sebelum akhirnya tinggi.

Yang terpenting dari olahraga adalah konsistensi pelaksanaannya. Dibandingkan langsung mencoba olahraga intensitas tinggi yang berisiko cedera, ada baiknya mulai dari yang rendah namun dengan konsistensi yang lebih kuat.

Selanjutnya adalah memilih olahraga yang tepat. Tidak semua orang cocok melakukan semua jenis olahraga, kecuali jika Medipals didampingi oleh personal trainer yang memahami kondisi Anda.

Terakhir, jika Medipals sudah mencoba semua saran di atas namun masih merasakan beberapa gejala tidak nyaman pada jantung, sebaiknya segera periksakan diri Anda ke dokter atau rumah sakit. Semakin cepat diketahui, semakin mudah kita melakukan pencegahan maupun penanganan.

Itulah bahaya dari henti jantung mendadak. Semoga setelah membaca artikel ini kita jadi lebih sadar akan kebutuhan diri sendiri dan tidak luput melakukan pemeriksaan secara rutin. Salam sehat, Medipals!


 

Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507854/https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/03/kasus-penyakit-katastropik-di-indonesia-meningkat-pada-2022#:~:text=Sepanjang%202022%2C%20kasus%20penyakit%20katastropik,1%2C3%20juta%20kasus).

https://www.acc.org/latest-in-cardiology/articles/2015/09/29/11/34/sudden-cardiac-arrest-during-sports-activity-in-middle-age

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1911/henti-jantung-mendadak

https://journal.uny.ac.id/index.php/jorpres/article/view/25107/12159

Recommended Topic
Latest Article